Ratusan Anak Muda Bandung Antusias Ikut Pesantren Startup
Ratusan anak muda Kota Bandung "nyantri" selama empat jam untuk mendapatkan ilmu tentang merintis bisnis atau startup dari para pakar dalam acara Pesantren Startup yang berlangsung di Lantai III Gedung Bandung Creative Hub, Sabtu (2/6/2018). Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong para peserta berani memulai usaha sehingga kewirausahaan di Kota Bandung terus bergairah.
Hadir sejumlah pakar di bidang startup dan kewirausahaan di acara itu. Seperti, Dosen Entrepreneurship & Strategic Monitoring Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB Wawan Dhewanto, dosen STEI ITB dan Direktur Direktorat Sistem Teknologi Informasi ITB Arry Akhmad Arman, dosen STEI ITB dan tokoh startup Budi Rahardjo, dan Wakil Dekan FTIP Unpad dan pendiri Localanabler Dwi Indra Purnomo. Para pakar ini menjadi ustaz atau mentor di Pesantren Startup itu.
Hadir pula tokoh Kota Bandung Attalya Pararatya Kamil dan para pelaku startup sukses, antara lain Vice President Go-Jek dan Lead Go-Life Dayu Dara Permata; Ketua Umum Hipmi Jabar, CEO JnC, dan CEO Bober Jodi Janitra; CEO Paman Apiq dan Indonesia Top Youtuber Agus Nggermanto; Cofounder KitaBisa.com Vikra Ijas; dan lain-lain.
Para "ustaz" tersebut berbagi kiat dalam merintis usaha agar mampu melalui berbagai rintangan dan meraih sukses. Seperti yang diungkapkan oleh Wakil Dekan FTIP Unpad dan pendiri komunitas Localanabler Dwi Indra Purnomo. Memulai sebuah usaha, tak harus muluk melihat produk luar. Potensi lokal pun bisa menembus pasae jika dikemas sebaik mungkin dan kekinian. Itu yang dilakukan Localanabler terhadap produk lokal di Jawa Barat. Saat ini merupakan tahun keenam komunitas Localababler turun ke desa-desa untuk membuat sebuah bisnis model beda daripada yang lain.
Hasilnya, 78 startup bisnis unik. Di antaranya, produk Janata (Jagung Nasi untuk Kebaikan Anda), Ayam Seribu (Ayam Sehat Racikan Ibu), Mogu Mogu, dan lain-lain. "Bagi saya, keberhasilan ditentukan oleh proses. Begitu juga dengan usaha, ditentukan oleh bussines process. Jika prosesnya baik dan benar, akan menghasilkan produk yang keren. Kerja keras akan meningkatkan kapabilitas dan kredibilitas kita," kata Dwi.
Dosen STEI ITB dan tokoh startup Indonesia, Budi Rahardjo mengatakan, para startup di Indonesia banyak, bahkan jauh lebih banyak dibanding Malaysia. Namun keberadaan para startup itu tak terdeteksi dam terekspos. Itu terjadi karena infrastruktur untuk menjalankan bisnis itu masih sulit. Seperti peraturan dan perudang-undangan kurang mendukung.
"Misalnya, saya mau buat usaha, harus buat SIUP, TDR, dan lain-lain. Untuk mendapatkannya pun tidak mudah. Ini bukti dukungan pemerintah belum kuat, masih lips service. Tolonglah, anak muda yang sedang merintis usaha itu dipermudah. Mereka tidak minta uang. Mereka hanya butuh kemudahan izin dan ketersediaan fasilitas agar bisa mewujudkan serta mengembamgkan ide-ide kreatif mereka," kata Budi.
Budi berbagi tips mengatasi kegagalan dalam merintis usaha. Gagal, ujar Budi, adalah keniscayaan. Pertama, rasakan gagal cepat dan kecil. Do it quickly, fall quickly, and get up quickly. Kedua, cari teman agar tak merasa sendirian dan dapat lebih mudah bangkit lagi. Hadir pula tokoh Kota Bandung Attalya Pararatya Kamil dan para pelaku startup sukses, antara lain Vice President Go-Jek dan Lead Go-Life Dayu Dara Permata; Ketua Umum Hipmi Jabar, CEO JnC, dan CEO Bober Jodi Janitra; CEO Paman Apiq dan Indonesia Top Youtuber Agus Nggermanto; Cofounder KitaBisa.com Vikra Ijas; dan lain-lain.
Para "ustaz" tersebut berbagi kiat dalam merintis usaha agar mampu melalui berbagai rintangan dan meraih sukses. Seperti yang diungkapkan oleh Wakil Dekan FTIP Unpad dan pendiri komunitas Localanabler Dwi Indra Purnomo. Memulai sebuah usaha, tak harus muluk melihat produk luar. Potensi lokal pun bisa menembus pasae jika dikemas sebaik mungkin dan kekinian. Itu yang dilakukan Localanabler terhadap produk lokal di Jawa Barat. Saat ini merupakan tahun keenam komunitas Localababler turun ke desa-desa untuk membuat sebuah bisnis model beda daripada yang lain.
Hasilnya, 78 startup bisnis unik. Di antaranya, produk Janata (Jagung Nasi untuk Kebaikan Anda), Ayam Seribu (Ayam Sehat Racikan Ibu), Mogu Mogu, dan lain-lain. "Bagi saya, keberhasilan ditentukan oleh proses. Begitu juga dengan usaha, ditentukan oleh bussines process. Jika prosesnya baik dan benar, akan menghasilkan produk yang keren. Kerja keras akan meningkatkan kapabilitas dan kredibilitas kita," kata Dwi.
Dosen STEI ITB dan tokoh startup Indonesia, Budi Rahardjo mengatakan, para startup di Indonesia banyak, bahkan jauh lebih banyak dibanding Malaysia. Namun keberadaan para startup itu tak terdeteksi dam terekspos. Itu terjadi karena infrastruktur untuk menjalankan bisnis itu masih sulit. Seperti peraturan dan perudang-undangan kurang mendukung.
"Misalnya, saya mau buat usaha, harus buat SIUP, TDR, dan lain-lain. Untuk mendapatkannya pun tidak mudah. Ini bukti dukungan pemerintah belum kuat, masih lips service. Tolonglah, anak muda yang sedang merintis usaha itu dipermudah. Mereka tidak minta uang. Mereka hanya butuh kemudahan izin dan ketersediaan fasilitas agar bisa mewujudkan serta mengembamgkan ide-ide kreatif mereka," kata Budi.
Budi berbagi tips mengatasi kegagalan dalam merintis usaha. Gagal, ujar Budi, adalah keniscayaan. Pertama, rasakan gagal cepat dan kecil. Do it quickly, fall quickly, and get up quickly. Kedua, cari teman agar tak merasa sendirian dan dapat lebih mudah bangkit lagi. Hadir pula tokoh Kota Bandung Attalya Pararatya Kamil dan para pelaku startup sukses, antara lain Vice President Go-Jek dan Lead Go-Life Dayu Dara Permata; Ketua Umum Hipmi Jabar, CEO JnC, dan CEO Bober Jodi Janitra; CEO Paman Apiq dan Indonesia Top Youtuber Agus Nggermanto; Cofounder KitaBisa.com Vikra Ijas; dan lain-lain.
Para "ustaz" tersebut berbagi kiat dalam merintis usaha agar mampu melalui berbagai rintangan dan meraih sukses. Seperti yang diungkapkan oleh Wakil Dekan FTIP Unpad dan pendiri komunitas Localanabler Dwi Indra Purnomo. Memulai sebuah usaha, tak harus muluk melihat produk luar. Potensi lokal pun bisa menembus pasae jika dikemas sebaik mungkin dan kekinian. Itu yang dilakukan Localanabler terhadap produk lokal di Jawa Barat. Saat ini merupakan tahun keenam komunitas Localababler turun ke desa-desa untuk membuat sebuah bisnis model beda daripada yang lain.
Hasilnya, 78 startup bisnis unik. Di antaranya, produk Janata (Jagung Nasi untuk Kebaikan Anda), Ayam Seribu (Ayam Sehat Racikan Ibu), Mogu Mogu, dan lain-lain. "Bagi saya, keberhasilan ditentukan oleh proses. Begitu juga dengan usaha, ditentukan oleh bussines process. Jika prosesnya baik dan benar, akan menghasilkan produk yang keren. Kerja keras akan meningkatkan kapabilitas dan kredibilitas kita," kata Dwi.
Dosen STEI ITB dan tokoh startup Indonesia, Budi Rahardjo mengatakan, para startup di Indonesia banyak, bahkan jauh lebih banyak dibanding Malaysia. Namun keberadaan para startup itu tak terdeteksi dam terekspos. Itu terjadi karena infrastruktur untuk menjalankan bisnis itu masih sulit. Seperti peraturan dan perudang-undangan kurang mendukung.
"Misalnya, saya mau buat usaha, harus buat SIUP, TDR, dan lain-lain. Untuk mendapatkannya pun tidak mudah. Ini bukti dukungan pemerintah belum kuat, masih lips service. Tolonglah, anak muda yang sedang merintis usaha itu dipermudah. Mereka tidak minta uang. Mereka hanya butuh kemudahan izin dan ketersediaan fasilitas agar bisa mewujudkan serta mengembamgkan ide-ide kreatif mereka," kata Budi.
Budi berbagi tips mengatasi kegagalan dalam merintis usaha. Gagal, ujar Budi, adalah keniscayaan. Pertama, rasakan gagal cepat dan kecil. Do it quickly, fall quickly, and get up quickly. Kedua, cari teman agar tak merasa sendirian dan dapat lebih mudah bangkit lagi. Hadir pula tokoh Kota Bandung Attalya Pararatya Kamil dan para pelaku startup sukses, antara lain Vice President Go-Jek dan Lead Go-Life Dayu Dara Permata; Ketua Umum Hipmi Jabar, CEO JnC, dan CEO Bober Jodi Janitra; CEO Paman Apiq dan Indonesia Top Youtuber Agus Nggermanto; Cofounder KitaBisa.com Vikra Ijas; dan lain-lain.
Para "ustaz" tersebut berbagi kiat dalam merintis usaha agar mampu melalui berbagai rintangan dan meraih sukses. Seperti yang diungkapkan oleh Wakil Dekan FTIP Unpad dan pendiri komunitas Localanabler Dwi Indra Purnomo. Memulai sebuah usaha, tak harus muluk melihat produk luar. Potensi lokal pun bisa menembus pasae jika dikemas sebaik mungkin dan kekinian. Itu yang dilakukan Localanabler terhadap produk lokal di Jawa Barat. Saat ini merupakan tahun keenam komunitas Localababler turun ke desa-desa untuk membuat sebuah bisnis model beda daripada yang lain.
Hasilnya, 78 startup bisnis unik. Di antaranya, produk Janata (Jagung Nasi untuk Kebaikan Anda), Ayam Seribu (Ayam Sehat Racikan Ibu), Mogu Mogu, dan lain-lain. "Bagi saya, keberhasilan ditentukan oleh proses. Begitu juga dengan usaha, ditentukan oleh bussines process. Jika prosesnya baik dan benar, akan menghasilkan produk yang keren. Kerja keras akan meningkatkan kapabilitas dan kredibilitas kita," kata Dwi.
Dosen STEI ITB dan tokoh startup Indonesia, Budi Rahardjo mengatakan, para startup di Indonesia banyak, bahkan jauh lebih banyak dibanding Malaysia. Namun keberadaan para startup itu tak terdeteksi dam terekspos. Itu terjadi karena infrastruktur untuk menjalankan bisnis itu masih sulit. Seperti peraturan dan perudang-undangan kurang mendukung.
"Misalnya, saya mau buat usaha, harus buat SIUP, TDR, dan lain-lain. Untuk mendapatkannya pun tidak mudah. Ini bukti dukungan pemerintah belum kuat, masih lips service. Tolonglah, anak muda yang sedang merintis usaha itu dipermudah. Mereka tidak minta uang. Mereka hanya butuh kemudahan izin dan ketersediaan fasilitas agar bisa mewujudkan serta mengembamgkan ide-ide kreatif mereka," kata Budi.
Budi berbagi tips mengatasi kegagalan dalam merintis usaha. Gagal, ujar Budi, adalah keniscayaan. Pertama, rasakan gagal cepat dan kecil. Do it quickly, fall quickly, and get up quickly. Kedua, cari teman agar tak merasa sendirian dan dapat lebih mudah bangkit lagi.
"Seperti orang baru belajar naik sepeda atau motor, pasti merasakan jatuh. Tapi kalau bisa jatuhnya jangan sampai patah tangan, gegar otak. Ya jatuh yang akibatnya cuma lecet, setelah itu bangkit lagi," ujar Budi.
Sementara itu, Ketua Panitia Pesantren Startup Nur Islami Javad mengatakan, acara ini hasil kolaborasi para pelaku startup se-Kota Bandung dan akademisi. Tujuannya, agar anak-anak muda belajar merintis usaha itu secara utuh. Startup tak melulu harus membuat aplikasi, tapi banyak bidang lain yang termasuk dalam 16 subsektor kreatif dan 22 sektor ekonomi. Karena itu, sesi awal diisi oleh pemateri akademisi dari ITB dan Unpad, agar wawasan para peserta semakin terbuka.
"Selama empat jam acara itu, peserta bisa belajar dasar-dasar startup dari para pelaku startup terbaik di Bandung. Semoga dengan begitu, startup dan entrepreneur Bandung terus bergairah," kata Javad.
Sementara itu, Ketua Panitia Pesantren Startup Nur Islami Javad mengatakan, acara ini hasil kolaborasi para pelaku startup se-Kota Bandung dan akademisi. Tujuannya, agar anak-anak muda belajar merintis usaha itu secara utuh. Startup tak melulu harus membuat aplikasi, tapi banyak bidang lain yang termasuk dalam 16 subsektor kreatif dan 22 sektor ekonomi. Karena itu, sesi awal diisi oleh pemateri akademisi dari ITB dan Unpad, agar wawasan para peserta semakin terbuka.
"Selama empat jam acara itu, peserta bisa belajar dasar-dasar startup dari para pelaku startup terbaik di Bandung. Semoga dengan begitu, startup dan entrepreneur Bandung terus bergairah," kata Javad.
Post a Comment